Jumat, 18 Mei 2012

campur sari sebuah hati


Malam campur sari. Seperti yang tengah aku rasakan saat ini. Berbagai rasa membalut hati. Hingga kebingungan yang aku dapatkan. Rencana yang aku bangun jauh hari, ternyata harus gagal karena satu rasa yang menyerang hatiku. "Tidak enak", itu yang sedang hatiku alami. Ingin ku menengadah pada Ilahi, dan melaporkan semua isi hatiku. Tapi, tanpa doa yang dilakukan dengan beberapa gerakan itu rasanya sulit ku fokuskan padaNya. Aku sangat membutuhkan seseorang sebagai tempat tuk mencurahkan segalanya. Ingin ku menangis di punggungnya, tapi tak ada yang dapat ku rangkul.

  Sepi, sepi itu tidak sebanding dengan ramainya hatiku. Ramai atas segala permintaan yang tak bisa ku penuhi satu per satu. Dengan ramainya permintaan itu, akhirnya ku putuskan untuk mencari nomor seseorang yang sangat penting dan berharga bagi diriku. Itulah ibu. aku yakin seorang ibu pasti merasakan apa yang sedang anaknya rasa. Maka dari itu aku putuskan untuk menghubungi ibu, dan menuangkan segala keramaian hatiku. Suara itu membuat hatiku tenang. Sebelum ku menceritakan semuanya, hatiku sedikit tenang. Apalagi setelah aku ceritakan semuanya. Kepuasan tersendiri yang ku dapat. Ibu mampu menyeleksi semua permintaan yang tak dapat ku pilih. Apa karena aku rindu beliau? Hingga ku putuskan tuk pulang. Sebenarnya aku tidak ingin menyusahkan ibu. Kalau harus bolak balik. Aku tidak ingin menambah beban beliau, walau beliau tmerasa tidak terbebani. Aku ingin meringankan bebannya. Apalagi dengan keputusan ibu kos kalau satu kamar satu anak. Secara otomatis uang kos bertambah. Dari mana ibu dan bapak dapat uang? Buat SPP pula. Apalagi dengan matakuliah semester depan yang banyak menuntut. Maafkan anakmu ibu, yang selalu membebani ibu. Aku ingin membahagiakan ibu dengan caraku sendiri. Berikan aku selalu kesempatan ya Allah, agar ku masih bisa membahagiakan beliau. Aku tau, ibu tidak ingin imbalan, ibu hanya ingin ku berbakti padanya. Segalanya ibu perjuangkan demi anakmu ini. Maafkan aku ibu. Terima kasih ibu, atas solusi yang telah ibu tawarkan. Aku yakin, ini yang terbaik untukku. Aku juga teringat pean salah satu dosen, yaitu kita harus plin plan. Membakar rencana awal dengan yang baru yang sekiranya lebih baik bagi kita. Aku merasa itu yang terbaik untukku. Recana yang telah ku susun jauh hari bisa ku susun lagi dengan yang lebih bagus. Sekali lagi terima kasih ibu. Atas saran yang disampaikan sahabat saya juga sangat membantu. Terima kasih sahabatku. Ku tak tau harus membalas kebaikanmu dengan apa. Aku hanya bisa membalasnya dengan doa. Ku berharap, kau masih mampu menerima segala kekuranganku. Biarkan aku tetap bersandar di bahumu setiap saat.Tetaplah rangkul tanganku jika aku mulai terjatuh. Terima kasih teman. :)

Tidak ada komentar: