Minggu, 27 Mei 2012

Mudik Semester II

Pengalaman adalah guru. Seperti halnya dengan pengalaman yang tengah aku alami ketika perjalanan pulang. Pulang ke kampung halaman. Tidak akan pernah hilang dari pandanganku.
Sosok tua yang tengah mencari sesuap nasi untuk dirinya dan mungkin untuk keluarga. Sempat terbesit dalam hatiku rasa kasihan. Aku jadi teringat orang tuaku. Bagaimana kalau seandainya orang tuaku yang ada di posisinya? Betapa besar pengorbanan beliau terhadap anaknya. Sampai rela meminta kepada orang karena tidak ada pekerjaan yang menerimanya.
Orang tua. Kali ini yang ku sebut adalah seseorang yang sudah lanjut usia. Orang tua yang setidaknya bisa memberi contoh yang baik bagi anaknya dan semua orang yang lebih rendah umurnya. Tapi, kali ini yang aku temukan adalah orang tua yang tak mau bersyukur.

Dengan sikapnya yang memelas, dan sikapnya pun yang memaksa. Bagaimana seseorang bisa kasihan kalau sikapnya yang memaksa malah membuat seseorang merasa risih dia berada di dekatnya. Risih dengan perkataan yang tak semestinya ia lontarkan jika ingin sesuatu. Serta tangan yang tak sepantasnya meraba.
Tingkah itu yang membuat hatiku merasa enggan untuk memberinya. Ingin sekali ku membantu, tapi tak untuk saat itu. Mungkin sikapku juga yang salah. Dari kejadian itu aku bisa mengambil hikmah. "Seseorang tidak bisa dilihat dari fisiknya, tetapi dari hatinya. Dan ucapan merupakan dasar dari terlihatnya hati. "

Tidak ada komentar: